Mencari kerja di masa krisis sungguh tidak gampang. Salah satu yang bisa “disiasati” adalah mencermati persiapan dalam melamar pekerjaan.

Jangan sampai hanya karena alpa mempersiapkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, kesempatan kerja yang sudah tipis pun melayang.

Untuk mencapai hasil maksimal, perlu kiranya diketahui kesalahan-kesalahan yang sering timbul dalam rangka melamar kerja. Berikut ada 10 kesalahan umum yang acap kali dilakukan oleh pencari kerja.

Surat-surat tidak lengkap

Periksa dahulu kelengkapan dokumen Anda sebelum melangkah ke luar dari rumah. Ketidaklengkapan dokumen merupakan salah satu kesalahan fatal yang berakibat ditolaknya permohonan kerja. Jika Anda termasuk orang yang ceroboh, mintalah bantuan kerabat dekat atau teman untuk memeriksa dokumen yang dibutuhkan.

Datang terlambat

Kebiasaan jam karet yang biasanya bersifat menular sebaiknya ditinggalkan. Banyak perusahaan asing yang tidak mentoleransi keterlambatan calon pelamar, khususnya ketika diundang untuk mengikuti serangkaian tes. Untuk mengatasinya, cobalah sehari sebelum tanggal tes melakukan survai. Tambahkan setengah jam dari waktu tempuh yang diperlukan.

Berpakaian kurang sopan

Keberhasilan bisa jadi dimulai dari pandangan pertama. Penyeleksi tentu akan mempunyai penilaian tersendiri ketika melihat pelamar kerja pada saat melakukan wawancara. Karena itu hindari pemakaian aksesori yang berbeda dengan adat kebiasaan.

Mencantumkan referensi terlalu banyak

Referensi dalam curriculum vitae (CV) atau daftar riwayat hidup memang penting. Tapi perlu diingat, jangan terlalu banyak karena akan menimbulkan kesan bahwa Anda memiliki mental suka menonjolkan diri dan tidak percaya pada kemampuan sendiri.

Jangan meremehkan hobi

Bila Anda memiliki hobi unik yang diperkirakan bisa membantu kreativitas kerja, tak ada salahnya dicantumkan dalam CV. Biasanya pimpinan perusahaan lebih menyukai pekerja yang berbakat dalam bidangnya. Bila kegemaran itu merupakan faktor penting dalam posisi yang dilamar, ada baiknya ditulis sesudah perincian pengalaman kerja.

Salah tulis atau sebut nama

Pimpinan perusahaan akan sakit hati seandainya namanya ditulis atau diucapkan secara keliru. Hal ini akan mempengaruhi kewibawaan dan reputasinya. Usahakan agar meneliti kembali saat menulis nama orang dalam surat lamaran atau menyapa seseorang

Melebih-lebihkan keterampilan

Umumnya penyeleksi akan lebih jeli akan hal ini. Mereka akan terus meneliti bagian-bagian dalam CV atau daftar riwayat hidup yang dianggap terlalu dibuat-buat. Malahan ada yang mempersiapkan tes praktik langsung untuk menguji kebenaran laporan Anda. Oleh sebab itu jangan coba-coba menonjolkan sesuatu yang tidak Anda miliki.

Bicara berbelit-belit

Wawancara merupakan saat yang tepat untuk mengungkapkan segala keinginan yang terpatri dalam diri Anda. Pewawancara pasti akan menanyakan semua segi dalam hubungannya dengan isi CV atau daftar riwayat hidup yang telah Anda kirimkan. Dalam menyerap informasi dari Anda, mereka menggunakan logika berpikir secara rasional. Setiap uraian akan dihubungkan dengan keterangan sebelumnya. Karena itu jangan memberi keterangan yang berbelit-belit. Apabila penyeleksi menganggap Anda memberikan keterangan yang tidak jelas, jangan berharap.

Meminta fasilitas

Ada kalanya gaji yang ditawarkan kepada Anda lebih rendah dari yang Anda harapkan. Tapi, jangan coba-coba meminta fasilitas tertentu yang tidak disediakan perusahaan seperti antar-jemput, uang transpor, uang makan, dll.

Lupa memotong rambut

Rambut gondrong kebanyakan tidak disukai perusahaan, kecuali profesi yang Anda cari berhubungan dengan hal-hal yang tidak membutuhkan kerapian.

Masih banyak kelalaian lain yang ditemui di lapangan. Namun, ada yang masih dalam batas toleransi, ada pula yang jarang dikerjakan oleh kebanyakan orang.

Ada satu hal yang perlu diingat, tidak selamanya kepintaran seseorang akan menghasilkan pekerjaan bagi dirinya. Masyarakat kita masih mendudukkan moralitas di atas intelektualitas. Apa gunanya jika memiliki inteligensia tinggi, tetapi moralnya rendah.

Mitos Ketiga: Pewawancara itu tahu betul apa-apa yang mereka lakukan

Banyak pewawancara yang memang jagoan dan profesional full-time dalam melakukan tugas mereka. Tapi banyak juga para manajer dan pemilik bisnis yang kadang bingung2 sendiri pada saat tes wawancara, karena mewawancara orang bukanlah pekerjaan sehari-hari mereka.
Beberapa pertanda pewawancara yang kurang berpengalaman semisal adalah:

* Mereka (terlalu) banyak bicara dan tidak pintar mendengarkan
* Pertanyaan mereka random dan tak terarah
* Handphone mereka terus berbunyi, dan mereka selalu menjawabnya

Sementara pewawancara yang profesional biasanya:

* Telah menyiapkan pertanyaan2 secara matang sejak awal
* Mereka ingin tau apa2 yang telah Anda lakukan dan bagaimana Anda melakukannya, termasuk contoh2 spesifiknya
* Mereka mempersilahkan Anda yang lebih banyak bicara

Mitos Keempat: Jangan pernah bilang “Saya Tidak Tahu”

Apa yang penting dalam tes wawancara adalah pembentukan kesan positif dengan menjawab pertanyaan secara pintar dan membangun rapport dengan pewawancara. Dari sini, banyak peserta wawancara menganggap bahwa mereka harus berikan jawaban yg perfect untuk setiap pertanyaan yg diajukan, ndak peduli apakah mereka punya pengetahuan atau tidak tentangnya.

Memang sih, interview yg mantap adalah di mana Anda bisa menjawab seluruh pertanyaan (dan Anda memang bisa klo saja persiapannya betul); tapi, klo memang ndak tahu jawabanya, mending bilang aja ketimbang pura-pura tahu dan mulai nggedabrush. Kebanyakan pewawancara bisa mendeteksi penjelasan yg ngelantur dan mereka tidak menyukainya karena paling tidak dua hal: Anda terkesan sbg orang yg ndak jujur dan juga ndak pintar.

Ya ndak papa sih coba menjawab pertanyaan yg kita hanya punya sedikit pengetahuan tentangnya, asal Anda udah bikin jelas di awal tentang “ketidaksempurnaan” jawaban Anda. Jadinya semisal seperti ini:

“Saya pikir saya harus bersikap jujur dengan mengatakan bahwa apa yg Bapak/Ibu tanyakan sebenarnya bukanlah berada di bidang keahlian saya, meskipun saya punya ketertarikan yang besar atasnya. Jika Bapak/Ibu berkenan, dengan senang hati saya akan mencoba memberi tanggapan, asal Bapak/Ibu tidak mengharapkan jawaban yg sempurna.”

atau:

“Dengan senang hati saya akan menanggapi pertanyaan Bapak/Ibu, namun perlu saya sampaikan di awal bahwa ini bukanlah bidang di mana saya familiar dengannya. Tapi saya tertarik untuk meningkatkan pengetahuan saya tentangnya.”

Akhirnya, ada juga anggapan bahwa dalam tes wawancara kita harus menjadi diri sendiri. Memang benar sih kita tak perlu berpura-pura menjadi orang lain. Tapi ketika sudah waktunya tes wawancara, maka di sana ada kaidah perilaku formal yg harus kita ikuti. Jika yang dimaksud dg menjadi diri sendiri adalah duduk malas di kursi, berbusana gaul dan norak, maka tentu kita perlu menyelaraskan perilaku kita.

Nah, sekarang tinggal gimana Anda mempersiapkan diri secara benar untuk tes wawancara Anda :-P

Salah satu sebab mengapa banyak orang gagal menjalani tes wawancara adalah karena beberapa salah paham terkait apa yang benar-benar terjadi pada saat tes wawancara dilangsungkan. Saya menyebutnya sebagai mitos tes wawancara.

Setiap kita udah tau bahwa tujuan dari tes wawancara adalah untuk mencari orang2 terbaik untuk pekerjaan yg ditawarkan, tapi masih banyak yang belum paham tentang apa-apa yang membuat seorang kandidat bisa unggul ketimbang yg lain.
Mitos Pertama: Orang dg kompetensi terbaik lah yang akan dapet kerjaannya.

Kadang emang betul, khususnya pada situasi di mana masing2 sudah sama tau, semisal perusahaan yang melakukan reruitmen internal. Namun seringkali bukan seperti itu yang terjadi. Lolosnya seseorang dalam tes wawancara kan dipengaruhi oleh banyak hal. Semisal saja si pewawancara tau betul pertanyaan apa saja yang perlu ditanyakan serta bagaimana mengetahui tingkat kejujuran dari jawaban yang diberikan. Dua hal ini terkesan remeh, tapi nyatanya banyak pewawancara yang ndak pernah ikut training ttg job interview dan kurangn berpengalaman mewawancara, atau sekedar ndak punya waktu untuk menyiapkan bahan wawancara. Belum lagi ketika si pewawancara sedang bad mood.

Di dunia yang ideal, maka orang dg kompetensi terbaik lah yang akan jadi pemenang. Tapi nyatanya, seringkali mereka yang jago di tes wawancara lah yang jadi pemenang. Pembelajaran penting di sini adalah ketika pada saat wawancara Anda ketahui di sana ada orang yang Anda tau secara kompetensi & wawasan lebih jagoan ketimbang Anda, maka jangan keburu minder. Perangnya lho belum dimulai. Sebaliknya, jika Anda merasa sebagai kandidat paling jagoan di antara yang lain, maka jangan juga keburu mayak hingga meremehkan tes wawancara.

Orang dengan kompetensi terbaik tidak lantas jadi pemenang - seringkali mereka yang performa tes wawancara nya bagus lah yang jadi pemenang.
Mitos Kedua: Yang penting tu bisa jawab pertanyaan - dan juga kasih jawaban panjang biar terkesan pintar.

Memang tes wawancara kerja ada kemiripan dengan ujian sekolah dalam perihal sama2 ada pertanyaan yang kudu dijawab dengan benar. Tapi beda dengan ujian kuliah, tes wawancara juga mementingkan aspek interaksi dan komunikasi empatik sembari Anda mengemukakan jawaban2 pintar. Yg penting tu bukanlah jawaban panjang lebar. Orang dg skil dan pengetahuan itu banyak, tapi ndak banyak yg mampu mengartikulasikan gagasan mereka secara ringkas, nyambung, dan mudah dipahami.

Ada kemudian yg beranggapan kalo bisa jawab pertanyaan dg lebih baik ketimbang yg lain, maka dia lah yg menang. Tapi -Anda tahu lah- interview tu lebih dari sekedar ngasih jawaban pintar. Bahkan interview tu lebih dari sekedar berpenampilan rapi dan menawan. Anda juga perlu meyakinkan pewawancara bahwa Anda adalah orang yg menyenangkan untuk kerja sama. Anda perlu tunjukkan bahwa Anda adalah orang yg komunikatif dan bisa dipercaya.

Yg penting bukan banyak bicara. Konsekuensinya, malahan keharusan untuk ajukan pertanyaan di akhir sesi juga merupakan mitos. Ada anggapan bahwa hal tsb bisa menunjukkan bahwa si pelamar demikian tertarik dan juga pintar. Hal ini tidak benar. Ajukan pertanyaan sekedar karena formalitas tidak akan membantu Anda dapatkan pekerjaan - apalagi bila yang Anda tanyakan adalah hal2 yg sebenarnya sudah dibahas dg jelas pada sesi wawancara.

Berikut ini adalah beberapa tabiat dunia kerja yg Anda harus tahu agar bisa menyiasatinya, khususnya bagi Anda2 yg baru mau terjun di dunia kerja. Beberapa darinya mungkin Anda ndak suka, atau bahkan tidak bersepakat dengannya. Apapun deh, nyatanya semua yang disampaikan di sini benar2 terjadi di dunia kerja.
1. Anda Pasti Akan Dibayar Seminimal Mungkin

Perlu teknik negosiasi gaji yg mantap untuk mendapatkan gaji yg diinginkan, karena dengan jabatan yg sama, gaji bisa beda jauh. Buat yg sudah kerja, ini tentu sudah jadi pengetahuan umum. Tapi bagi yg belum pernah bekerja, mereka pikir bukannya gaji di perusahaan udah ada standarnya. Mereka pada bertanya, “Kenapa kok bisa gitu?”

Pertama, perusahaan pikir masih ada banyak orang yg bersedia menggantikan posisi Anda jika memang Anda keberatan dengannya. Lalu bila Anda protes tentangnya, bisa2 harus ucap selamat tinggal pada promosi. Yg jelas secara mendasar biaya karyawan masuk di prosentase terbesar dari total biaya perusahaan. Komponen biaya ini biasanya dimonitor dalam berbagai pelaporan dan budgeting. Ini adl salah kunci penentu performa perusahaan. Semakin kecil biaya

Jadi gimana dong?
Jika Anda memang lebih butuh jaminan aman -kerja yg ‘mapan’- ketimbang gaji yg gede, ya silahkan menahan diri -ndak usah buru2 protes- dan baru ajukan permohonan Anda untuk naik gaji pada saat review tahunan.

Secara umum, Anda memang perlu membangun CV yg benar-benar berkilau dan berani proaktif. Proaktif dalam artian Anda perlu mengajukan diri untuk tangani project, ambil tanggung jawab lebih, keluarkan saran2 bermutu, sambil kadang2 menelan harga diri dan bersikap kompromis terhadap sikap/keputusan atasan.
2. Anda “Ndak Kan Bisa” Ndapetin Banyak Uang Slama Masih Kerja Buat Orang Lain

Ada berapa banyak sih jumlah manajer senior di tempat kerja Anda? Dan bagaimana juga di tempat lain? Rasionya paling2 berkisar antara 40:1 sampe 200:1. Seperti yg dikatakan oleh sangTuti, cuman sedikit saja karyawan yg bisa dapet 80 juta-an per bulan. Jadi bila Anda bisa dapatkan pendidikan, latar belakang, kemampuan, koneksi dan barangkali “keberuntungan” yg sama seperti mereka, itu lah yang akan mempertinggi peluang Anda untuk bisa dapatkan uang sebesar yg mereka dapat. Tapi bila Anda ndak punya salah satu apalagi beberapa darinya, peluang Anda pun jadi menurun tajam.

Jadi sekarang silahkan bertanya pada diri sendiri, mau nunggu sampai kapan sampe bisa ndapetin gaji seperti atasan2 Anda? Begitu sudah waktunya Anda dapet uang yang sama seperti mereka, jangan2 sudah keburu mau pensiun. Padahal Anda kan mau uangnya sekarang - pengen beli rumah, nyekolahkan anak, dst dst.

Jadi, apa yg bisa dilakukan?
Anda bisa terus bertahan dan “menunggu” hingga Anda dapatkan promosi demi promosi.

Atau Anda bisa masuk ke sektor usaha yg prospektif mendatangkan banyak uang seperti informatika atau finance. Masing2nya membutuhkan spesialisasi dan upaya investasi -waktu, biaya- belajar yg lumayan. Dan harus dipastikan dulu bahwa Anda bisa benar2 menikmatinya.

Atau Anda bisa seriusi hobi Anda untuk temukan cara2 yg bisa beri kemanfaatan bagi orang lain dan jadi ahli di sana. Buka mata dan telinga lebar2, ngobrol2 dg teman, cari2 sapa yg kira2 bisa diajak bisnis bareng. Inget2 apa sih yg bisa dipelajari dari atasan yg bisa diterapkan di luar? Ada ngga kerjaan di perusahaan yg bisa Anda lakukan secara lebih baik dan murah? Ada ngga gagasan luar biasa yg tidak diloloskan oleh pihak manajemen? Akumulasikan apa2 yg Anda tahu, sapa tahu itu bakal berguna.
3. Bukan Tentang Apa, Namun Siapa

Bukanlah tentang apa2 yg Anda tahu, melainkan siapa2 saja yg Anda kenal dan lantas siapa2 saja yg kenal dg Anda. Ketika Anda sudah bisa meningkatkan performa dalam hal kualitas, kuantitas dari aspek pekerjaan, maka Anda harus membuat orang yg tepat mengetahui tentangnya. Orang yg tepat? Iya, orang2 yg punya kuasa untuk mempromosikan Anda dan yg mana omongannya begitu diperhatikan.

who vs what :mrgreen:
4. Perhatikan dg Siapa Anda Diasosiasikan

Anda nggak harus berkumpul dg orang2 yg ndak cocok dg nilai2 Anda. Di tempat Anda kerja, amat bisa jadi ada orang2 yang sukanya mengeluh, menggerutu, menggosip, gosip fitnah, hingga yang sukanya ngutil barang2 kantor sampai korupsi. Mereka akan cari2 kesempatan untuk menyalurkan hasrat mereka.

Kecuali Anda memang berniat mengentas mereka dan punya kekuatan pengaruh yg kuat, maka sebaiknya Anda tidak masuk pada lingkar pertemanan mereka. Bahkan jangan sampai terlihat akrab dengan orang2 semacam itu. Atasan Anda pastinya tau siapa2 saja orang yg sukanya gosip, berbohong dan males2an klo dikasih kerjaan. Jika Anda berteman dg orang2 semacam itu, maka yg terjadi adalah guilty by association, Anda akan ikut kena getah tanpa perlu menjadi sumber getah.
http://akhmadguntar.com

Berikut ini adalah opsi respon ketika Anda sudah tidak bisa mengelak dari penyebutan angka.

Opsi respon 1:
“Perusahaan saya yg sekarang menggaji saya ___ rupiah, yg masuk pada rentang atas tertinggi di perusahaan, yg mana ini menunjukkan tingkat kesuksesan yg telah saya raih di sana.”

Opsi respon 2:
“Meskipun gaji saya sekarang __ rupiah, yg mana itu lebih rendah ketimbang kebanyakan perusahaan biasa bayar untuk pekerjaan yg sama. Namun itu sebenarnya bukanlah merefleksikan kompetensi dan value saya. Itu sebenarnya adl karena perusahaan saya merupakan startup company / perusahaan baru. Sehingga standar gajinya memang masih rendah. Namun tetap saya masih mendapatkan kompensasi berupa bonus tahunan dan bagi hasil.”

Opsi respon 3:
“Base salary saya sekarang ___ rupiah, namun dengan uang lembur, uang makan, uang transportasi, tunjangan kesehatan, ansuransi dan bonus akhir tahun, maka benefit yg saya peroleh total sesungguhnya mencapai ___ rupiah.”

Nah, sekarang skenario kedua. Di sini kita asumsikan Anda telah berhasil lolos dari proses interview dan mulai masuk pada negosiasi gaji. Ini adalah kondisi paling ideal yg bisa Anda alami: pemberi kerja telah miliki gambaran terkait nilai kompetensi Anda, sementara Anda juga sudah ada gambaran apa yg diharapkan dari diri Anda bila bekerja nanti..

Pertanyaan: Bila melihat pengalaman profesional dan kepribadian Anda, sepertinya Anda adalah orang yg tepat utk posisi ini dan juga untuk perusahaan ini; yg kami kemudian ingin ketahui adalah apakah kami bisa memenuhi ekspektasi salary yg Anda harapkan. So, berapa kiranya salary requirement yg Anda harap terima untuk posisi ini?

Nah, di sini Anda gunakan strategi yg sama spt skenario sebelumnya; oper lagi bolanya ke si pewawancara. Anda tanya balik, untuk beri Anda informasi tambahan sebagai dasar untuk memberikan respon. Bila pertanyaan pembuka datang melalui telepon, surat, atau email, maka sebaiknya Anda membuat janji khusus untuk membicarakan urusan penting ini. Kenapa? Karena dg bertemu tatap muka, Anda akan lebih bisa memperhatikan isyarat2 non verbal dan menggunakannya sebagai dasar untuk memberikan respon.

Dan ketika sudah bertemu;
“Saya lebih suka untuk mendengar terlebih dahulu penawaran dari Bapak berdasarkan penilaian atas kapabilitas dan pengalaman saya, dan lalu disesuaikan dengan rentang tertinggi dari posisi ini di perusahaan.”

Pertanyaan: Berapakah gaji Anda sekarang, dan berapa persentase kenaikan yg Anda harapkan?

Ingat, jangan bohong lho tentang berapa gaji Anda sekarang. Employer amat bisa jadi punya akses untuk memverifikasi informasi yg Anda berikan. Jujur aja, ndak papa. Yg penting Anda juga hitung segala bentuk benefit yg Anda peroleh.

“Gaji tahunan saya sekarang, termasuk bonus dan benefit, adalah ____ rupiah, dan saya bersedia untuk mendapatkan kenaikan sebesar 15 persen tiap tahunnya.”

Jangan lupa, model kenaikan bentuk prosentase semisal 15 persen ini biasanya berlaku untuk pergerakan karir yg lateral. Artinya, bila kasusnya adalah promosi jabatan, apalagi yg meliputi relokasi, maka hitungannya tentu akan berbeda.

Bagaimana bila Anda mendapat tawaran yg kurang memuaskan?

“Saya merasa bersemangat tentang pekerjaan dan peluang profesional yg ada. Namun terus terang saya kurang merasa puas dg tawaran yg Bapak berikan. Saat ini penghasilan saya ____ rupiah, yg meliputi ____, ____, ____, dan ____. Saya kira saya akan lebih cocok dengan kenaikan sebesar ___ persen dari salary saya sekarang.”

Lantas, batasnya sampai di mana?

Salah satu strategi terpenting dalam negosiasi gaji adalah tahu kapan saatnya berhenti. Ingat, tujuan Anda adl -mestinya- untuk mendapatkan pekerjaannya, bukan untuk memenangkan beberapa ratus ribu rupiah. Gunakan common sense Anda untuk menentukan kapan waktunya berhenti, berdasarkan riset pendahuluan dan interaksi dg employer.

Bila Anda sudah mengkompromikan pengharapan Anda sebaik yg Anda bisa, sementara employer sudah jelas2 ndak bisa lagi untuk menawarkan lebih, maka berarti sudah waktunya untuk berkata “terima kasih”, terima tawarannya, dan ambil pekerjaannya. Ingat lho, Anda akan bekerja dg mereka, dan mereka tentu ndak akan lupa bagaimana sikap Anda dalam tes wawancara dan penawaran gaji.

Jikapun Anda memang bermaksud menolak tawaran mereka, tentu itu adalah pilihan Anda, jika memang Anda merasa masih bisa meraih yg lebih baik di tempat lain. Toh ini bukan negosiasi satu arah; Sama seperti Anda yg sedang diwawancara, Anda sebenarnya juga sedang mewawancara perusahaan tempat Anda melamar.
http://akhmadguntar.com

meskipun tips terkait cara menjawab pertanyaan interview belum usai, tapi saya rasa issue terkait bagaimana menegosiasi gaji pada tes wawacara kerja juga tak kalah penting untuk dibahas. Nah, aturan umum menegosiasi gaji seperti gini: Jangan bicarakan gaji sampai kemudian Anda sudah mendapat kejelasan bahwa Anda-lah kandidat yg diharapkan (atau merupakan salah satu dari sedikit yg terpilih). Namun, memang sih aturan kayak gitu susah juga untuk dipatuhi. Upaya2 menghindar dari pertanyaan malah bisa-bisa berubah menjadi otot2an - yg tentu tidak Anda inginkan.

Idealnya memang, pembicaraan terkait gaji baru bisa dilakukan jika pelamar kerja sudah tahu betul dia mau ditempatkan di posisi mana, dan apa saja tanggungjawabnya. Tapi sialnya, tak jarang employer merasa perlu menghemat waktu mereka dg melakukan penyaringan sejak dini.

Anda tentunya menginginkan gaji yg lebih besar ketimbang yg sudah Anda terima sekarang, itu udah jelas. Untuk itu, ketika ditanya tentang riwayat gaji, sebaiknya Anda benar-benar sudah tahu berapakah yg sebetulnya Anda sudah dapatkan sekarang. Saya pertegas lagi: Pastikan Anda tahu berapa banyak sih sebenarnya benefit yg Anda peroleh. Beneran, banyak orang yg ndak tau lho. Meskipun semua orang bisa nyebutkan dia dapat berapa per bulannya, tapi banyak yg lupa memperhitungkan penghasilan tahunan, termasuk juga kompensasi non-gaji seperti tunjangan kesehatan, bonus, bagi hasil, dana pensiun, training pengembangan diri, dan yg lainnya. Padahal hal2 seperti itu aja sudah bisa nambah sampe 25 persen atau lebih dari gaji pokok Anda.

Pertanyaan terkait gaji ini memang terkesan seperti sebuah perangkap. Anda tentu ndak berharap permintaan gaji Anda dianggap terlalu tinggi atau terlalu rendah. Klo terlalu tinggi, kredibilitas Anda bisa rusak, kerja keras Anda sampai dg wawancara bisa dimentahkan. Sementara klo terlalu rendah, bukan cuma maksud untuk tingkatkan standar hidup terbatalkan, itu malah bisa jadi cerminan kurangnya rasa percaya diri, rendahnya self esteem dan ketidakmampuan untuk menilai harga kompetensi diri.

Nah, lantas gimana? Seperti yg saya sampaikan di awal, jangan berikan jawaban gamblang di awal. Anda harus membuat pelamar kerja melihat dulu performa Anda melalui tes wawancara, sehingga dia bisa melihat kelayakan “harga” Anda. Tujuannya adalah agar Anda bisa mengambil waktu sebanyak mungkin untuk membuat kesan sebaik yg Anda bisa berikan sebelum pembicaraan tentang gaji dimulai. Ini ndak ada beda dg salesperson yg sedang berusaha menjual produknya. Harga baru biasanya akan disebut ketika seluruh fitur dan benefit dari produk telah tuntas dibicarakan. Membicarakan harga sebelum fitur dan benefit diungkap bukanlah cara menjual yg bagus. Sama, itu juga bukan cara menegosiasi gaji yg bagus. Anda harus presentasikan dulu keahlian dan wawasan Anda, serta bagaimana Anda bisa menguntungkan perusahaan sebelum bicarakan tentang gaji.

Setahu saya ndak ada kok kasus di mana pelamar kerja ditolak gara2 dia belum menyebutkan dg jelas berapa gaji yg dia minta di surat lamaran. Yg biasanya ada tu kasus pelamar ditolak gara2 sejak awal dia udah nyebutin permintaan gaji yg ndak cocok buat pemberi kerja.

Meskipun begitu, memang bisa jadi Anda akan menemui skenario ndak ideal. Ini adl kondisi di mana Anda sudah ditanya berapa gaji yg diminta sejak awal interview, sebelum Anda sempat meyakinkan pewawancara bhw Anda lah kandidat terbaik, atau sebelum Anda punya gambaran terkait tanggung jawab yg akan diemban di posisi yg Anda incar.

Nah, dalam skenario situasi semacam ini, hal terbaik yg bisa Anda lakukan adl memberikan respon pengalih pembicaraan untuk mengulur waktu. Mengapa? Sekali lagi, supaya Anda bisa mencari info terkait posisi yg Anda incar, dan supaya Anda miliki lebih banyak waktu utk menjual terlebih dahulu pengalaman dan kapabilitas Anda.

Pertanyaan: Berapa gaji yg Anda harapkan untuk posisi ini?

“Mohon maaf, Pak. Karena saya masih belum ada gambaran yg jelas terkait bagaimana posisi ini, maka sebenarnya cukup susah bagi saya untuk menyebutkan angka. Saya berharap Bapak berkenan untuk terlebih dahulu memberi saya gambaran dari posisi ini, dan juga rentang gaji yg sudah ditetapkan di perusahaan. Berdasarkan pengalaman saya, nama jabatan yg sama atau identik di perusahaan satu dan yg lain sebenarnya tidaklah benar2 mengartikan kesamaan. Sehingga untuk bisa menyebut angka, saya rasa saya perlu tahu terlebih dahulu bagaimana deskripsi tanggung jawab & pekerjaan dari posisi ini.”

Nah, jika Anda sudah sampaikan yg di atas tapi si pewawancara teruus aja ngejar, dan lalu memaksa Anda utk menyebut angka, padahal Anda belum sempat menjual kompetensi diri Anda. Yaa…[sigh]… sudah lah, sebut aja angka berapa gitu (do your research, please). Ini supaya si pewancara ndak malah menganggap Anda ini merepotkan dan kurang komunikatif.

“Dengan lingkup tanggung jawab yg hendak saya emban, saya pikir saya layak untuk dihargai dengan standar gaji tertinggi yg masih bisa diterima oleh sebagian besar perusahaan, yakni dalam kisaran ___ hingga ___ juta rupiah.”

Pertanyaan: Berapa gaji Anda sekarang? Bagaimana riwayat gaji Anda?

“Saya bisa pahami bila Bapak ingin tahu tentang informasi tsb, dan tentu saja, saya amat tidak keberatan untuk menyampaikannya. Namun rasanya akan lebih nyaman bagi saya bila Bapak berkenan untuk memberi saya kesempatan utk terlebih dahulu menjelaskan bagaimana tanggungjawab dari posisi saya sekarang, dan setelah itu menanyakan kpd Bapak terkait bagaimana bentuk tanggungjawab dari posisi yg saya tuju di sini. Hal ini saya pikir bisa membantu untuk melihat apakah kedua posisi tersebut benar2 bisa dibandingkan dari segi salary dan benefit.”

Nah, lantas jika Anda merasa bener2 ndak bisa mengelak dari penyebutan angka? Silahkan ke halaman dua.

Penggunaan komputer dalam kehidupan sehari-hari baik untuk kerja ataupun hobi adalah hal yang umum. Berikut ada beberapa tips bagi Anda.

Semua individu kini tidak asing lagi dengan yang namanya komputer. Seorang pebisnis mobile, mahasiswa, pelajar, anak-anak bahkan ibu rumah tangga sama-sama memanfaatkan komputer untuk membantu mereka, meski aplikasi dan cara penggunaannya masing-masing berbeda.
Khusus bagi para pekerja, komputer sangat penting untuk mengelola dan meyimpan data kerja. Dalam artikel ini penulis mempunyai beberapa tips bermanfaat seputar data kerja yang bisa Anda coba.

Membawa Data Dengan Sukses

Di suatu pertandingan sepak bola, pemain yang ikut berpartisipasi tidak murni berjumlah 22 orang. Masing-masing tim mempunyai pemain cadangan. Takut kalau-kalau ada suatu kejadian yang tidak terduga seperti pemain yang cedera, kelelahan, dan sebab lainnya. Loh, apa hubungannya dengan data di komputer?

Situasinya mirip dan bisa saja terjadi ketika Anda ingin menyalin data kerja yang ada pada PC dirumah untuk dibawa kekantor atau sebaliknya. Bisa jadi penyalinan file gagal karena satu hal dan lainnya. Kejadian ini sering terjadi jika media penyimpanan yang dipakai berupa disket dan CDRW. File rupanya disalin pada bagian sektor yang rusak pada disket atau CDRW. Cara mengakalinya adalah dengan membawa banyak file cadangan yang merupakan kopian dari file asli.

Kalau data Anda ‘terperangkap’ dalam media disket atau CDRW, utility penyelamat gratisan yang tersedia di Internet bisa dicoba, asalkan kerusakan tidak terlalu parah. Banyak situs review software di internet pernah beberapa kali memuat artikel mengenai utility penyelamat data dari media peyimpanan seperti disket, CD/DVD dan kartu memori.

Media penyimpanan seperti kartu memori dan Flash disk merupakan pilihan yang aman. Konon kedua benda tersebut jarang mengalami masalah, meski tidak menjamin 100%.

Beri Nama Spesifik

Ini merupakan hal penting yang sering dianggap sepele. Penulis punyai cerita singkat yang ‘menyedihkan’ dan mungkin Anda sendiri pernah mengalaminya. Ceritanya begini. Teman penulis dengan susah payahnya telah menyelesaikan tugas presentasi bahasa Inggris menggunakan Macromedia Director dalam jangka waktu kira-kira 2-3 bulan.
Ketika akan dipresentasikan, tanpa sengaja file projectnya ditimpa dengan file sejenis yang namanya sama. Pekerjaan 2 bulan lenyap dalam waktu 2 detik. Usut punya usut ternyata nama file projectnya sama dengan nama file contoh project yang diberikan oleh pembimbing.

Bagaimana mungkin tidak akan terhapus atau tertimpa jika nama file hanya berupa Doc1, Untitled, New folder, Document1 dan beberapa nama standar lainnya. Pemberian nama file dengan spesifik sangat penting apalagi jika komputer digunakan ‘keroyokan’. Maksudnya digunakan oleh banyak orang. Misalnya dalam suatu keluarga, semua anggotanya menggunakan komputer. Kalau perlu masing-masing pengguna mempunyai partisi harddisk sendiri. Jika hanya semuanya menyimpan dalam satu partisi, buat folder pribadi masing-masing.

Keamanan Super Ketat

Data kerja yang penting, rahasia dan sangat pribadi bisa disembunyikan dengan cara yang sederhana. Meski terlihat sederhana, cara ini sebenarnya dapat ‘cukup’ mempersulit penyusup yang berupaya membobol. Cukup dengan piranti lunak kompresor yang terkenal dalam OS Windows, Winzip.

Caranya begini. Pertama-tama kompres data penting Anda dengan cara klik kanan, pada konteks menu yang muncul pilih [WinZip] > [Add to Zip file...]. Sebuah jendela baru akan muncul, beri tanda pada kotak Encrypt added files. Jangan lupa tentukan juga lokasi dan nama file pada kotak yang telah disediakan. Kalau sudah klik tombol [Add], masukkan kata sandi sebanyak 2 kali, lalu klik [OK]. Sekarang Anda telah mempunyai satu paket data yang telah terkompres serta dilengkapi kata sandi.

Kalau ada banyak jenis format data, buat paket tersendiri agar lebih mudah mengelompokkannya. Buat paket zip yang dilengkapi dengan kata sandi seperti cara diatas. Nah, ini bagian yang penting. Jika hanya dengan cara demikian, data masing bisa diakali oleh pembobol meski kata sandi sudah panjangnya minta ampun.

Banyak piranti lunak yang berfungsi untuk membuka kunci file zip terproteksi dengan mudah. Oleh sebab itu kita coba berikan gembok yang berlapis-lapis, kalau perlu dirantai besi sekalian. Caranya begini, pilih file zip yang akan dilapis keamanannya. Gunakan tombol [Ctrl] pada keyboard untuk memilih file satu persatu. Klik kanan kemudian pilih menu [WinZip] > [Add to Zip file...]. Beri nama file juga tentukan lokasinya lalu beri tanda pada kotak Encrypt added files. Klik [Add], masukkan kata sandi sebanyak 2 kali, lalu klik [OK]. Caranya sama dengan langkah pertama.

Yang membedakan adalah isi paket zip yang terkandung didalamnya harus dibongkar sebanyak dua kali sebelum bisa dilihat isinya. Nama dan jumlah file bahkan tidak bisa dilihat jika kata sandi pada lapisan pertama belum dimasukkan. Kalau memang data penting sekali dan Anda punya banyak waktu, buat saja banyak lapisan. Jadi istilahnya paket didalam paket. Tapi ingat jangan sampai lupa ‘kuncinya’.

Gunakan Format Yang Kompatibel & Aman

Ada banyak jenis format file dalam sistem operasi. Misalnya dalam tipe file teks saja ada banyak format yang bisa dipilih sesuai kebutuhan. Tetapi tidak semua tipe file teks bisa dibuka disemua komputer. Contoh seseorang meyimpan dokumennya dalam format Doc milik Microsoft Word. Jika file tersebut dibuka di sebuah PC Windows yang tidak diinstal aplikasi Microsoft Word sudah tentu isi file tidak bisa dilihat seperti aslinya. Beberapa bagian bisa saja terlihat tapi susunannya berantakan.

Itu baru dalam sistem operasi yang sama. Bagaimana jika berbeda sistem operasi ? GNU/Linux misalnya. Memang format Doc tidak lagi menjadi masalah jika Linux digunakan dalam lingkungan X Windows seperti KDE. OpenOffice.org atau KOffice bisa digunakan. Jika hanya memiliki sebuah terminal perlu aplikasi tambahan dan cara-cara khusus untuk mengonversinya keformat lain.

Tipe file teks yang bisa cukup bagus dan bisa digunakan adalah RTF (Rich Text Format). Format ini mendukung format teks seperti tebal, miring, dan garis bawah. Gambar dan tabel bisa disisipkan untuk mempercantik dokumen. Dan yang juga penting, tipe file ini jarang menjadi incaran virus yang suka usil seperti kepada file Doc. Kelemahan RTF adalah format ini tidak bisa diamankan dengan kata sandi.