Mitos Ketiga: Pewawancara itu tahu betul apa-apa yang mereka lakukan

Banyak pewawancara yang memang jagoan dan profesional full-time dalam melakukan tugas mereka. Tapi banyak juga para manajer dan pemilik bisnis yang kadang bingung2 sendiri pada saat tes wawancara, karena mewawancara orang bukanlah pekerjaan sehari-hari mereka.
Beberapa pertanda pewawancara yang kurang berpengalaman semisal adalah:

* Mereka (terlalu) banyak bicara dan tidak pintar mendengarkan
* Pertanyaan mereka random dan tak terarah
* Handphone mereka terus berbunyi, dan mereka selalu menjawabnya

Sementara pewawancara yang profesional biasanya:

* Telah menyiapkan pertanyaan2 secara matang sejak awal
* Mereka ingin tau apa2 yang telah Anda lakukan dan bagaimana Anda melakukannya, termasuk contoh2 spesifiknya
* Mereka mempersilahkan Anda yang lebih banyak bicara

Mitos Keempat: Jangan pernah bilang “Saya Tidak Tahu”

Apa yang penting dalam tes wawancara adalah pembentukan kesan positif dengan menjawab pertanyaan secara pintar dan membangun rapport dengan pewawancara. Dari sini, banyak peserta wawancara menganggap bahwa mereka harus berikan jawaban yg perfect untuk setiap pertanyaan yg diajukan, ndak peduli apakah mereka punya pengetahuan atau tidak tentangnya.

Memang sih, interview yg mantap adalah di mana Anda bisa menjawab seluruh pertanyaan (dan Anda memang bisa klo saja persiapannya betul); tapi, klo memang ndak tahu jawabanya, mending bilang aja ketimbang pura-pura tahu dan mulai nggedabrush. Kebanyakan pewawancara bisa mendeteksi penjelasan yg ngelantur dan mereka tidak menyukainya karena paling tidak dua hal: Anda terkesan sbg orang yg ndak jujur dan juga ndak pintar.

Ya ndak papa sih coba menjawab pertanyaan yg kita hanya punya sedikit pengetahuan tentangnya, asal Anda udah bikin jelas di awal tentang “ketidaksempurnaan” jawaban Anda. Jadinya semisal seperti ini:

“Saya pikir saya harus bersikap jujur dengan mengatakan bahwa apa yg Bapak/Ibu tanyakan sebenarnya bukanlah berada di bidang keahlian saya, meskipun saya punya ketertarikan yang besar atasnya. Jika Bapak/Ibu berkenan, dengan senang hati saya akan mencoba memberi tanggapan, asal Bapak/Ibu tidak mengharapkan jawaban yg sempurna.”

atau:

“Dengan senang hati saya akan menanggapi pertanyaan Bapak/Ibu, namun perlu saya sampaikan di awal bahwa ini bukanlah bidang di mana saya familiar dengannya. Tapi saya tertarik untuk meningkatkan pengetahuan saya tentangnya.”

Akhirnya, ada juga anggapan bahwa dalam tes wawancara kita harus menjadi diri sendiri. Memang benar sih kita tak perlu berpura-pura menjadi orang lain. Tapi ketika sudah waktunya tes wawancara, maka di sana ada kaidah perilaku formal yg harus kita ikuti. Jika yang dimaksud dg menjadi diri sendiri adalah duduk malas di kursi, berbusana gaul dan norak, maka tentu kita perlu menyelaraskan perilaku kita.

Nah, sekarang tinggal gimana Anda mempersiapkan diri secara benar untuk tes wawancara Anda :-P

0 comments